Jumat, 15 Maret 2013

DEFINISI KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK



1.      Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah kognitif  memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2.      Afektif
     Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu nilai atau
komplek nilai)
3.      Psikomotorik
     Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui:
(1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, 
(2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, 
(3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Empat Pilar Pendidikan


PILAR PENDIDIKAN

Upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu UNESCO dalam program MDG’s bidang pendidikan mencanangkan 4 (empat) Pilar Pendidikan sekarang dan masa depan yaitu:
(1)Learning to Know
(2)Learning to Do
(3)Learning to Be
(4)Learning to Live together
Untuk mengimplementasikan “Learning to know” (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do”(belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi.
Walau sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata
Pilar ketiga yang dicanangkan UNESCO adalah “Learning to be” (belajar untuk menjadi seseorang). Hali ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal.
Terjadinya proses “Learning to live together” (belajar untuk menjalani kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama
Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia. SEMOGA..!!!

Senin, 11 Maret 2013

Belajar dari Seorang Pater Beek


Only The Fight that Count (Hanya Perjuanganlah Yang Menentukan) Menggembleng Kaum Muda: Belajar dari Seorang Pater Beek

Only The Fight that Count (Hanya Perjuanganlah Yang Menentukan)
Menggembleng Kaum Muda: Belajar dari Seorang Pater Beek


Kaum muda adalah pribadi yang penuh dengan potensi. "Berikan saya tiga orang, maka saya akan mengguncang dunia; berikan saya tiga pemuda, maka saya akan mengubah dunia," kata Soekarno. Kaum muda (Katolik) adalah entiti Gereja yang menjadi tulang punggung Gereja. Dalam waktu 10-20 tahun ke depan, mereka adalah kepala keluarga Katolik, ibu dari anak-anak Allah, Ketua Lingkungan, anggota Dewan Patoral Paroki, dan bahkan Pastor. Pentingnya pembimbingan kaum muda Katolik juga membawa tantangan tersendiri. Tantangan inilah yang perlu diatasi, demi masa depan Gereja Allah. Solusi yang saya tawarkan adalah: Kaderisasi.

Seorang Pater Beek SJ dan Khasebul
Pater Beek, SJ atau lengkapnya Pater Josephus Gerardus, SJ adalah seorang imam Yesuit kelahiran Belanda. Lahir tahun 1917 dan meninggal tahun 1983. Semenjak memasuki tahun novisiat 2 (1937) dia tinggal dan selanjutnya berkarya di Indonesia. Karyanya yang paling fenomenal adalah menggembleng kaum muda dengan Program Khasebul.

Khasebul atau khalwal sebulan adalah progam pendidikan para kader pemimpin. Terinspirasikan Yesus yang memilih dua belas rasul, para kaum muda yang dididik dalam Khasebul inilah calon-calon pemimpin Gereja maupun juga masyarakat. Pater Beek berpendapat bahwa kader adalah orang yang bisa menggetarkan dunia; merombak keadaan masyarakat dengan kelompok kecil; menjadi tulang punggung masyarakat, atau menjadi inti dalam suatu lingkungan masyarakat. Menjadi kader berarti menjadi sesuatu yang lain dari yang lain; keranjingan dalam menjalankan apa yang dipikirkan dalam batas-batas moral dan etika. Inilah jati diri seorang kader menurut pandangan Pater Beek.

Model penggemblengannya didasarkan pada keyakinan dasar Pater Beek bahwa manusia adalah pribadi yang terbangun atas unsur jiwa dan raga. Karena itu penggemblengan seorang pemuda tidak hanya “jiwanya” berupa ceramah-ceramah yang berisi wawasan, atau doa dan meditasi, tapi juga menyangkut aspek fisik yang ketat.

Pembentukan Karakter
Proses penggemblengan setiap hari dibuka dengan Misa pagi kemudian dilanjutkan makan pagi. Sesi selanjutnya berupa ceramah yang bersifat satu arah, briefing, informatif, dan sangat ideologis (Pancasila). Pemateri dari berbagai kalangan yang mempunyai kompetensi: pemerintah, pemimpin partai, pengusaha, dosen, LSM, dan lain sebagainya. Pembentukan karakter ini masih ditambah dengan gemblengan disiplin dan kegiatan olah raga.

Mengenal Diri
Pater Beek menyitir pendapat Sokrates yang mengatakan bahwa untuk dapat siap sedia terlibat di dalam masyarakat, “Kenalilah dirimu sendiri”. Di dalam diri manusia ada potentia untuk menjadi baik (bdk.Rom 7:19). Karena itu Pater Beek berpendapat bahwa seorang kader harus digembleng dengan keras (istilah yang sering digunakan adalah dididik dengan “spartan”) tidak hanya mental tapi juga fisik, sehingga potensi dirinya bisa optimal. Orang tidak cukup menjadi baik (bisa mengasihi diri dan sesamanya), tetapi juga kompeten (memiliki keahlian/ ketarampilan tertentu) sehingga hidupnya berarti.

Pribadi Pemberani
Rasa takut membuat sesorang tidak dapat menjadi pemimpin yang baik, karena seorang pemimpin harus mengambil inisiatif, harus berbuat, sedangkan rasa takut justru melemahkan, bahkan melumpuhkan. Rasa takut harus dipahami dan dirasionalisasikan, karena muncul terutama oleh manusia sendiri yang hanyut dalam bayangannya. Dan bayangan itu bukanlah realitas.

Rela Memanggul Salib
Panggilan seorang kader adalah menjadi seperti Kristus yang mau menderita untuk menebus umat manusia. Pengalaman salib akan menjadi sarana “pendewasaan rohani dan kepribadian”. Dalam mendidik para kadernya, Pater Beek mengikuti pola Latihan Rohani (LR) St Ignatius dari Loyola. Ada tiga nilai yang ditanamkan dalam LR, yaitu: daya ingat untuk hasilkan pengertian yang benar dengan menganalisa situasi, pikiran yang jernih, serta kehendak yang kuat untuk berbuat sesuatu. Selama sebulan itu anak didiknya mendapat semacam kurikulum yang meliputi: (1) Pengenalan diri dan latihan keterampilan, (2) Pengenalan akan tempat (compositio loci, kondisi sosial dan politik), (3) Ajaran atau pemikiran dari para pemikir besar yang mempengaruhi dunia, (4) Spiritualitas yang bersumber dari Kitab Suci.

Hidup Asketik
Kemampuan kaum muda didapat dengan usaha keras dan konsisten, karena itu selama dalam latihan para kader dilatih menghadapi situasi yang sulit, terjepit, dan susah payah, agar potensi yang ada pada dirinya nampak sebagai kekuatan yang handal. Pater Beek mengajarkan kepada para kadernya agar mengadakan value and moral judment (pertimbangan nilai dan moral). Seorang kader di mata Pater Beek adalah seorang pribadi keras, tidak setengah-setengah dan tahan banting. Ia mempunyai kemampuan untuk berinisiatif dan merespon situasi.

Menembus Batas
Kepada para kadernya Pater Beek menanamkan kekatolikan bukan sebatas sebagai agama atau institusi Gereja saja, tetapi lebih-lebih jiwa dan penghayatan akan iman akan Kristus yang nyata dalam diri orang per orang. Teologi Karl Rahner cukup mempengaruhi pandangannya.

Berkomunitas untuk Discernment
Sebagai sama-sama pengikut Yesus, seorang kader tidak menghayati hidup dan panggilan dan kharismanya seorang diri, tetapi bersama dan di dalam kebersamaan dalam kelompoknya. Komunitas juga memungkinkan kader untuk discernment (diskresi) bersama. Untuk itu seorang kader harus selalu bekerja sama dengan orang lain (bdk. Mrk 6:7, “Pergi berdua-dua”), tidak mengandalkan harta benda namun kesaksian hidup, menjadi pemecah masalah (bdk. Mat 11:28), memandang peran sebagai sarana.

Demikianlah nilai-nilai yang Pater Beek ajarkan kepada para kadernya. Tercatat 3.000 orang lebih telah merasakan didikannya. Mereka antara lain: Harry Tjan Silalahi, Jusuf Wanandi, Michael Utama, Rm Eko Budi Susilo Pr, Sr Alexis OSU, dan masih banyak lagi.

Bagaimana Konkretnya?
Proses kaderisasi kiranya juga bisa dimulai sejak dini. Nilai-nilai yang Pater Beek ajarkan juga bisa kita tanamkan melalui hal-hal “biasa” dalam hidup menggereja kita. Menurut St Ignatius Loyola, kita mesti mencari pintu masuk ke mereka, agar kita dapat membawa ke mana kita inginkan. Barang kali semacam usaha untuk memberi kesempatan dan kepercayaan, formal maupun informal, perlu terus menerus diusahakan. Dalam hal ini kita perlu pandai-pandai menciptakan kesempatan kepada orang muda untuk bertemu, saling mengenal, saling mendukung:
1. Mengenali nama mereka satu demi satu.
2. Mengakui keberadaan mereka: mereka riil ada di dalam Gereja.
3. Menyediakan suasana, kemudahan untuk mengakui keberadaannya: membuat acara bersama khusus untuk mereka. Biasanya dengan bungkus musik, sport/seni, film/fun disukai, juga perjumpaan ala kafe, namun isinya tema-tema ajaran Gereja menanggapi persoalan riil.
4. Hadir di antara dan bersama mereka, hadir dan menunggui kala weekend.
5. Tahap-demi tahap memberi mereka tanggungjawab: menyerahkan kepada mereka untuk membuat acara-acara paraki maupun untuk orang muda: Paskah orang muda, welcome party, kemah remaja, 17 Agustus, operet Natal, Imlek, Valentine’s Day, dll.
6. Melibatkan mereka di kancah yang lebih luas, di luar diri mereka: anggota Dewan Pastoral Paroki, melaksanakan acara umat; melibatkan dalam pembuatan website paroki, majalah, face book, dll.

Namun lebih dari pada itu, pendidikan kaderisasi ala Pater Beek kiranya juga bisa menjadi alternatif lagi. Bagaimana kita juga bisa mengoptimalkan pembinaan di asrama-asrama kita? Seminari-seminari? Pendidikan-pendidikan keagamaan (STIPAS, IPI, Kateketik, dll)? Sebuah “PR” bersama.

Sumber inspirasi:
J.B. Soedarmanto, Pater Beek, SJ: Larut tetapi tidak hanyut, Jakarta: Obor, 2008.

(Dikutip dari Blog Keuskupan Banjarmasin)

Kamis, 07 Maret 2013

Sail Komodo


Pemerintah akan menjadikan Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu destinasi dunia. Salah satunya, dengan menggelar puncak event wisata Sail Komodo 2013. Rencananya akan dilaksanakan 7 atau 15 September 2013 mendatang.
"Bulan September, 7 atau 15 September 2013 akan dilakukan di NTT, tentu mendekati Pulau Komodo, sebuah tempat di Labuhan Bajo," ungkap Menko Kesra,H.R.  Agung Laksono, saat memimpin rapat koordinasi tingkat menteri tentang Sail Komodo 2013 di Kemenko Kesra Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (16/10/2012).
"Pelaksanaan akan dilakukan di NTT, mendekati pulau komodo, di sebuah tempat di Labuan Bajo. Tempat itu kita siapkan menjadi salah satu destinasi wisata dunia," tutur Menko Kesra Agung Laksono.
Persiapan yang kurang lebih selama setahun ini dimaksudkan untuk persiapan sarana dan prasarana. Kalau yang sudah ada dikembangkan lagi. Disana akan dilakukan berbagai kegiatan termasuk bakti sosial.
"Promosi ini diharapkan akan mempercepat pembangunan Nusa Tenggara Timur. Apalagi sekarang bidang pendidikan dan kesehatan  banyak tertinggal.  Melalui momentum ini kita upayakan dipercepat," tuturnya.
Di samping itu acara ini akan memudahkan wisatawan lokal maupun turis  mancanegara berkunjung. "Akan dibangun hotel-hotel  baru, dermaga, perluasan bandara. Di Labuan Bajo sudah ada. Tinggal diperlebar. Untuk anggaran sedang dihitung," tutur Agung.
Menurut dia, pelaksanaan Sail Komodo ini diharapkan mampu menjadi momentum percepatan pembangunan di NTT, seperti pendidikan dan kesehatan.
"Tujuan utamanya adalah percepatan pembangunan NTT karena NTT banyak tertinggal, pendidikan, kesehatan. Momentum ini kita melakukan percepatan," katanya.
Untuk mendukung acara ini hingga pelaksanaan pada September tahun depan, akan dibangun infrastruktur seperti hotel baru, dermaga, bandara.
"Ada hotel-hotel baru, dermaga, bandara, apalagi sudah ada bandara yang sudah bisa dilewati pesawat boeing," jelasnya.
Menurut Agung, pemilihan Pulau Komodo menjadi lokasi Sail Indonesia agar daerah tersebut semakin mendunia. "Daerah tersebut memiliki potensi pariwisata yang sangat bagus, dan kita akan lebih mempromosikannya melalui kegiatan tersebut," katanya.
Kegiatan Sail Indonesia 2013 akan diisi dengan berbagai seminar, bakti sosial, dan lain sebagainya. "Sail Indonesia rencananya akan berlangsung pada bulan September 2013," tambah Agung Laksono.
“Labuan Bajo infrastrukturnya dinilai telah lengkap untuk tempat berlangsungnya acara Sail Komodo 2013,” kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono usai rapat koordinasi Sail Komodo 2013..
Agar acara tersebut berlangsung lancar, pemerintah bersama dengan pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Barat, terus berkoordinasi untuk menata seluruh infrastruktur yang ada seperti Bandara Komodo dan Pelabuhan Laut Labuan Bajo serta prasarana jalan agar lebih baik dan memadai juga seluruh kelengkapan lainnya yang diperlukan.
Adapun untuk anggaran saat ini masih dalam pembahasan, namun akan dibagi dalam dua hal yaitu anggaran dalam bentuk persiapan dan untuk puncak acara. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan diantaranya Bakti Sosial dan Pelayanan Kesehatan.(Dikutip dari Website Menkokesra RI)

Lokakarya Nasional Sistem Pembinaan PMKRI St. Thomas Aquinas 2013 di Kupang


LOKNAS PMKRI
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Menyelenggarakan Lokakarya Nasional Sistem Pembinaan di Kupang Nusa Tenggara Timur

Ketua PP PMKRI Parlindungan Simarmata memberikan Cinderamata Maket  Sasando kepada Gubernur NTT seusai Pembukaan Lokakarya Nasional PMKRI di Kupang, disaksikan Ketua PMKRI Kupang Bedi Roma dan Ketua Panitia (Latar belakang nampak Wakil Ketua MPR RI Farhan Hamid)
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia menyelenggarakan Lokakarya Nasional (LOKNAS) di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT). Loknas Sistem Pembinaan merupakan rekomendasi bidang PPK sekaligus ketetapan Majelis Permusyarawatan Anggota (MPA) di  Pontianak bulan November Tahun 2011. Dan berdasarkan hasil rapat kerja nasional (RAKERNAS) di monokwari, papua barat menyepakati PMKRI cabang kupang sebagai pelaksana kegiatan LOKNAS. Kegiatan LOKNAS mengangkat Tema “Rekonstruksi Silabus Pembinaan Menuju PMKRI Yang Kontributif, Berbasis, dan Konsisten”, PMKRI akan melihat, membedah dan merefleksikan kembali materi-materi pembinaan formal, guna menghasilkan materi-materi pembinaan yang menciptakan kader kaya kristianitas, intelektualitas dan fraternitas.
Wallpaper HP Logo PP PMKRI 
Loknas sistem pembinaan diselenggarakan pada tanggal 25 Februari s/d 02 Maret 2013, akan dibuka oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mewakili pemerintah Bpk. Frans Lebu Raya dan Wakil Ketua MPR RI, Bpk. Farhan Hamid akan memberikan orasi ilmiah kepada peserta. Selanjutnya selesai ceremonial pembukaan kegiatan loknas, PMKRI mengadakan seminar nasional dengan Tema Menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kontributif, berbasis dan konsisten demi terwujudnya bangsa yang berdaulat dan bermartabat”, yang mengahadirkan tokoh-tokoh nasional dan tokoh-tokoh daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). Seminar nasional dibagi dalam dua session. Session I ada dua sub bahasan materi yakni strategi kebijakan dan pembangunan sumber daya manusia indonesia dan relevansi sumber daya manusia indonesia dengan kondisi kekinian bangsa dan negara, sedangkan pada session II dua yang juga sub bahasan yakni mewujudkan bangsa yang berdaulat dan bermartabat melalui penguatan sumber daya manusia yang berbasis dan kontributif dan partisipasi kaum muda dalam mewujudkan bangsa yang berdaulat dan bermartabat. pembicaranya antara lain Bpk. Akbar Tanjung, Ibu Dr.Ir. Illah Saila.,Ms (Direktur Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti KEMENDIKBUD RI), Bpk. Fery Francis, Bpk. Antonius Doni,  Bpk. Chirillus I. Kerong, Bpk. Gaudens Wodar, Bpk. Jhony Plate, Bpk. Viktor Lasikodat, Rm. Kristoforus Tara, Parlindungan Simarmata (Ketua PP PMKRI Periode 2011-2013), Mgr. Petrus Turang, Pr (uskup agung kupang) dan Bpk. Deno Kamelus (Wakil Bupati Manggarai).
            kegiatan ini dilaksanakan untuk merekonstruksi materi-materi silabus pembinaan PMKRI dalam hal ini materi pembinaan formal yaitu Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB), Masa Bimbingan (MABIM) dan Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) serta terkait pembinaan kader-kader PMKRI kedepannya. loknas diharapkan menghasilkan materi-materi pembinaan yang tetap menjunjung tinggi visi “ Terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati, misi” berjuang dengan terlibat dan berpihak dengan kaum tertindas melalui kaderisasi intelektul populis yang dijiwai nilai-nilai kekatolikan demi terwujudnya keadilan sosial, kemanusian dan persaudaraan sejati”. selain itu harapannya melalui loknas sistem pembinaan, dapat membentuk kader-kader berkarakter, berintelektual dan spritualitas yang kedepannya dapat melanjutkan kepemimpinan bangsa, sebagai regenerasi estapet kepemimpinan. Apalagi situasi bangsa saat ini sedang diterpa krisis kepemimpinan nasional yang dapat memimpin secara nasionalis dan berjiwa keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati. Jadi demi mewujudkan bangsa yang berdaulat, maka tidak bisa tidak, perubahan harus dilakukan karena “PERUBAHAN TIDAK BISA DITUNDA”.

Teriring Salam Pro Ecclesia Et Patria
Parlindungan Simarmata
KP PP PMKRI Periode 2011-2013


Jurus Jitu Menghadapi Soal Tes SM3T



Teman-teman saya selalu tanya mlulu ke saya gimana caranya buat dapetin soal-soal Tes SM3T alias Sarjana Mengajar di Daerah 3T Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Sejauh ini saya belum mendapat kopian soal-soal SM3T. Namun yang paling penting sobat-sabit (^_^) sekalian perlu tau jurus Djitoe buat hadapi Tes ini Biar ga nyesel. Biar gk belajar malam sebelumnya sama sekali ‘n ga tau soal tes online-nya itu kayak apa. Namun soal-soalnya ternyata gampang sih (kalo yang udah belajar dan prepare jauh2 sebelumnya).
Pertama, Siapkan dokumen-dokumen yang harus dibawa. Misalnya Ijazah Asli (Bagi yang baru lulus dan belum dapet ijazah bisa pake SKL dari instansi terkait), Transkrip asli, KTP asli, dan formulir pendaftaran SM3T.

Kedua, Belajar tentang Tes Pengetahuan Akademik (TPA), Tes Kemampuan Dasar, dan Tes Keprodian. Untuk Tes keprodian itu sesuai dengan jurusannya. Kalo yang jurusannya pendidikan matematika, belajar materi matematika, kalo yang jurusannya pendidikan bahasa Inggris, belajar materi bahasa Inggris.
Ketiga, Berdoa.. Minta Allah supaya ngasih kemudahan dan diberi kelancaran saat ngerjain Soal-soal.

Semoga berhasil ya ‘n total fighting!!!!!

like...