Oleh: Fary Dj Franscis.
Alumni MMA IPB Bogor, P&RC Ohio University, USA dan
Alumni MMA IPB Bogor, P&RC Ohio University, USA dan
“Community
Development”
Somneed Institute, India
franscisfary@yahoo.com
Somneed Institute, India
franscisfary@yahoo.com
Pengalaman Profesi :
l National Expert
JICA-BAPPENAS , Program Pengembangan Kemitraan untuk Pemberdayaan
Masyarakat di 10 Propinsi Indonesia Timur.
l Direktur INCREASE , Lembaga Riset dan Training
Partisipatif di Kupang, NTT, Sebagai In-House Consultant untuk Program
Pemberdayaan Masyarakat pada JICA, CARE, Plan, UNICEF, GTZ, WVI, CWS, AUSAID,
ADB, StC. 2003-sekarang.
l OXFAM Information Team Leader , Program
Rehabilatasi Pengungsi Ex Timor Timur di Wilayah Timor Barat, 2001-2003
l UNHCR Timor Barat ; Manager of Mass Informastion
support Group, Program Penanganan Pengungsi Ex Timor Timur di NTT Pasca
Referendum Timor Leste. 1999-2000.
l United Mission for East Timor (UNAMET). Team
Observasi untuk Penentuan Jejak Pendapat Timor-Timur.1999
l AUSAID, Konsultan untuk
Program Pengembangan Mekanisme Perencanaan Partisipatif Untuk Program
Perencanaan Pembangunan Desa di Timor Timur (P3MD Pola Timor Timur). 1997-1998
l Dosen Pada Universitas Timor
Leste, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dan Kepala Pusat Study Pengembangan
Usaha Kecil dan Mikro Pada Lembaga
Penelitaian dan Pengembangan Masyarakat Universitas Timor Leste. (1990-2000).
l Konrad Adeneauer Stiftung (KAS) Germany -ETADEP,
Training Facilitator untuk Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Timor
Timur. (1990-1995).
Semuanya
mulai dari ‘miskin’, tetapi…
l Miskin itu apa?
l Kapan dan mengapa masyarakat
mulai mengakui dirinya sebagai orang miskin?
l Jika pendapatan per kapita
rendah, apakah masyarakatnya miskin?
l Apakah orang ‘miskin’ harus
selalu dibantu atau diberdayakan oleh orang kaya?
l Apakah pasti bahagia jika
tidak miskin lagi?
Pengaruh
Citra Pihak Luar
Penilaian Pihak luar
tertinggal
belum
maju
jaraknya
jauh
SDM
kurang
tidak
bisa apa-apa
perlu
diberdayakan
Perasaan orang dalam
Kami…
tak
beruntung
tidak mampu
tidak
pintar
tak
punya apa-apa
wajar dibantu
Bukankah
‘miskin’ juga demikian?
Tidak ada…, minta…
l
Tidak ada
uang
→
Minta bantuan dana.
l
Tidak ada
orang pintar.
→
Minta beasiswa dan pelatihan.
l
Tidak ada
teknologi, alat dan mesin
→ Minta bantuan teknologi, alat dan mesin.
l
Tidak ada
akses pasar
→
Minta informasi pasar.
l
Tidak
ada di sini → Minta dari luar.
Keseragaman Penilaian
l Daerah juga harus menjadi
seperti Jakarta atau Singapore jika ingin maju.
l Hal-hal yang kuno dan
tradisional harus diganti dengan yang baru.
l Tidak bisa berkembang jika
tidak ada SDM lulusan perguruan tinggi.
l Yang miskin harus
terus-menerus dibantu oleh yang kaya.
→Apakah semua ini benar?
Kita Selalu…
l Kita selalu mencari apa yang
kita tidak punya tanpa melihat apa yang kita punya.
l Kita selalu menganggap bahwa
orang luar mempunyai hal-hal yang lebih bagus daripada yang kita punya.
l Kita selalu menjelekkan diri sendiri sambil
dibandingkan dengan orang luar.
l Kita selalu lebih percaya
hal-hal yang ada di luar daripada yang ada di dalam
“Daerah kita tidak punya
apa-apa ?”
“Daerah kita miskin ?”
Ternyata Daerah memiliki:
Keunggulan Kekuatan
Gunung Budaya
Laut Sejarah
Sungai Makanan
Khas
Kelemahan: Manusia
Kejelekan: Kehidupan Sehari-hari
Sebetulnya kita miliki
macam-macam !!!
Sampai sejauh manakah
Kita memahami
tentang Daerah kita sendiri?
Apa yang dicari?
Plus (+) : i)
Hanya ada di sini.
ii) Ada di mana-mana.
Minus (-) : Hal-hal yang nilainya kurang,
ingin dibuang.
iii) karena terlalu banyak.
iv)
karena
nilainya negatif.
Minus juga bisa saja dijadikan
plus !
Mari kita mencari
‘Apa yang ada’ di Daerah kita !
‘Apa yang ada’ di Daerah kita !
Mari kita mencari
‘Apa yang ada’ di Daerah kita !
‘Apa yang ada’ di Daerah kita !
l Jalan-jalan bersama BUMI (orang setempat) dan
ANGIN (orang luar).
l ANGIN tidak mengajar, tapi bertanya dan terkejut
pada keunikan kehidupan BUMI, terutama hal-hal yang tidak diperhatikan oleh
BUMI karena terbiasa.
l ANGIN tidak boleh membawa prasangka.
l Awalnya ANGIN belajar dari BUMI. Namun BUMI juga
menyadari ketidak-tahuannya, dan akhirnya belajar dan mendapat temuan-temuan
baru tentang Daerahnya.
Pembangunan mulai dari “makan” (1)
Makanan - Kesehatan – Pembangunan
Makanan - Kesehatan – Pembangunan
l Kegiatan manusia yang paling
pokok adalah “makan”. Manusia harus makan untuk hidup dan sehat.
l Makanan yang sehat menciptakan
manusia yang sehat.
l Daerah yang sehat menciptakan
makanan yang sehat.
l Negara menjadi sehat jika daerahnya sehat.
Pembangunan mulai dari “makan” (2)
Kesehatan - Gizi - Pendidikan - Pertanian
Kesehatan - Gizi - Pendidikan - Pertanian
l Masyarakat desa sehari-hari
makan apa? Apakah makanan dan cara makannya sehat dari segi ilmu gizi?
l Makanan tersebut berasal dari
mana? Dari desa sendiri atau dari luar desa?
l Usaha tani atau nelayan di
desa untuk dikonsumsi/dimakan oleh siapa?
l Ibu rumah tangga adalah koki
yang paling berpengalaman: 365 hari masak / tahun
Pembangunan mulai dari “makan” (3)
Produksi - Pamasaran - Pendidikan - Khas Daerah
Produksi - Pamasaran - Pendidikan - Khas Daerah
l Produk pertanian/perikanan untuk anak dan cucu
di desa. Sisanya dijual ke luar.
l Hubungan langsung antara
petani/nelayan di desa dan konsumen di kota. Produk sehat untuk orang tertentu.
l Perbaikan gizi makanan dan cara makan lewat
pendidikan gizi dan kesehatan.
l Menghasilkan makanan yang khas
daerah.
Pembangunan mulai dari “makan” (4)
Kehidupan - Hubungan - Kebahagiaan
Kehidupan - Hubungan - Kebahagiaan
l Pendapatan (uang) belum tentu
digunakan untuk makan. Pertanian
untuk hidup.
l Tanpa uang pun bisa hidup jika
prioritas produksi pertanian untuk konsumsi sendiri.
l Produsen lebih memperhatikan
proses produksi jika untuk orang tertentu. Kehormatan oleh konsumen memberi semangat pada produsen.
l Makan --- membahagiakan masyarakat
Beberapa Catatan Terakhir
l Memperhatikan jati diri kita
tidak sama dengan menutup diri terhadap dunia luar.
l Memanfaatkan pihak luar yang
baik untuk membuka wawasan masyarakat setempat.
l Jangan takut pada globalisasi jika sudah ada
kepercayaan diri tentang kearifan dan pengetahuan lokal.
l Otonomi daerah membuka peluang pembangunan
daerah berinisiatif lokal, namun juga meminta tanggung jawab masyarakat sendiri
untuk masa depan Daerah/Desanya.