Keterampilan berbicara dalam ragam
budaya masyarakat Indonesia kini bisa terwujud dalam berbagai bentuk, di antara
rutinitas kegiatan berbicara dalam kehidupan manusia sehari-hari. Apabila
dirunut dari aspek tujuan, tempat, waktu, pihak yang terlibat, serta sarana
yang dipergunakan, kegiatan berbicara menurut G. Sukadi (1997) dapat dibedakan
menjadi 1) obrolan; 2) musyawarah/rapat; 3) diskusi; dan 4) debat.
Kegiatan obrolan bercirikan antara
lain: 1) dilakukan tanpa tujuan yang pasti, sebab pada umumnya dilakukan untuk
menambah keakraban, memperluas pergaulan, atau bahkan hanya untuk mengisi waktu
luang; 2) dapat dilakukan di mana pun, dalam situasi bagaimanapun; 3) bisa
dilaksanakan kapan pun, dalam batas waktu tak tertentu; 4) dapat dilakukan oleh
siapa pun dengan siapa saja, tanpa klasifikasi dan kesamaan arah; dan 5) tidak
memerlukan sarana dan fasilitas
Musyawarah merupakan kegiatan
berbicara bersama yang: 1) dilakukan dengan tujuan mencari titik temu kesamaan
langkah, pendapat, kebijakan, sebagai hasil kesepakatan-keputusan bersama; 2)
dilakukan di tempat yang disepakati untuk mengadakan kegiatan berbicara
bersama, meski bisa juga di tempat terbuka serta ruangan tertutup; 3) biasanya
dilakukan setelah kelompok atau organisasi atau masyarakat memiliki kesamaan
tujuan atau beban yang harus diatasi segera dan bersama; 4) dilakukan oleh anggota
atau wakil-wakil anggota; 5) sarana dan peralatan diperlukan sesuai dengan
tingkat kuantitas dan kualitas musyawarah dan hasil kesepakatan bersama.
Diskusi merupakan kegiatan berbicara
bersama yang dilakukan dengan 1) tujuan untuk mencari kebenaran (ilmiah); 2)
dilakukan dalam situasi resmi di tempat yang formal, meski kadang diskusi
nonformal bisa dilakukan di tempat tak formal; 3) dilakukan oleh kalangan yang
mencari kebenaran atau meningkatkan kualitas kebenaran; 4) dilaksanakan dalam
kelola waktu yang terprogram secara proporsional; 5) diperlukan sarana dan
peralatan sesuai dengan tingkat dan kualitas diskusi.
Debat merupakan kegiatan
keterampilan berbicara antarpribadi atau pihak. Kegiatan ini diadakan dengan
tujuan untuk mengemukakan bahwa gagasan atau konsep yang dikemukakan oleh satu
pihak merupakan konsep atau gagasan yang lebih baik, lebih benar, dan lebih
tepat dibandingkan gagasan pihak lain. Kegiatan debat ini belakangan berkembang
sesuatu dnegan perkembnagan demokrsi di negara kita, terutama bagi
partai-partai politik atau kandidat-kandidat yang mencalonkan diri duduk di
kursi jabatan tertentu. Biasanya kegiatan ini dipandu oleh seoarng moderator
sehingga arah dan tujuan berdebat relatif terkendali, demikian juga dengan
topik pembicaraannya. Oleh sebab itu, amat diperlukan keluasan wawasan dan
kecerdikan moderator dalam mengendalikan jalannya pemibcaraan. Peralatan dan
sarana diperlukan sesuai dnegan bentuk debatnya. Debat kusir atau debat bebas
tidak memerlukan tempat yang tertata teratur serta rancangan waktu yang
terprogram. Namun, bukan itulah yang dimaksud dalam pembahasan ini.
BAGAIMANA KITA MELAKUKAN DISKUSI?
1. Pengertian diskusi
Secara etimologis kata diskusi
berasal dari bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang berarti
memeriksa, memperbincangkan, dan membahas. Dalam bahasa Inggris, discussion
berarti perundingan atau pembicaraan, sedangkan dalam bahasa Indonesia, sebagai
istilah, diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih
tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Berdasarkan konsep di atas
kegiatan diskusi mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
2.1 dilakukan oleh dua orang atau
lebih (kelompok);
2.2 ada masalah yang menjadi pokok pembicaraan;
2.3 ada tujuan yang hendak dicapai, terutama demi kemajuan ilmu dan pengetahuan
2.4 tempatnya sudah ditentukan;
2.5 waktunya sudah dibatasi;
2.6 pihak-pihak yang telibat juga sudah jelas kedudukan dan fungsinya;
2.2 ada masalah yang menjadi pokok pembicaraan;
2.3 ada tujuan yang hendak dicapai, terutama demi kemajuan ilmu dan pengetahuan
2.4 tempatnya sudah ditentukan;
2.5 waktunya sudah dibatasi;
2.6 pihak-pihak yang telibat juga sudah jelas kedudukan dan fungsinya;
3. Kegiatan diskusi dapat dilakukan
oleh dua orang ataupun lebih, puluhan, bahkan ratusan atau ribuan, dalam
situasi resmi ataupun tak resmi; dengan persiapan yang matang dan terencana
disertai dengan aturan yang jelas, atau kegiatan berbicara di tempat tak resmi
dengan tujuan tertentu; berbicara boleh berbeda; tetapi tetap merupakan satu
kesatuan,; menghasilkan ide-ide meskipun berbeda, tetapi tetap satu tujuan,
bukan kehendak pribadi, melainkan tujuan kelompok, diwarnai dialog, tanya
jawab, atau saling tukar pendapat, beradu argumentasi dengan bukti dan alasan,
boleh ada penolakan pendapat atau gagasan, memberi tanggapan, saran, kritik,
dan usul, di sisi lain dapat dikemukakan informasi lengkap dan terperinci
membawa hasil baik berupa kesimpulan, kesepakatan, pemikiran
alternatif, dan lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama.
alternatif, dan lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama.
4. Manfaat Diskusi bagi peserta
4.1 peserta dapat memahami suatu
masalah, mengetahui latar belakang masalah atau sebab-sebab dan menemukan jalan
keluar atau solusi masalah yang sulit.
4.2 peserta dapat menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan, pekerjaan, dan bersikap tertentu.
4.3 peserta dapat menganalisis bersama suatu masalah dan mencari alternatif-alternatif gagasan, rencana kebijakan, tindakan atau keputusan yang tepat.
4.4 peserta dapat memperoleh informasi, ide atau gagasan dari peserta lain, dapat belajar dari peserta lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, cara mengambil keputusan atau kesimpulan, dan lain-lain.
4.5 peserta dapat saling mengamati, saling menilai, saling belajar, saling menghargai.
4.6 peserta dapat belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai pendapat orang lain.
4.7 peserta dapat belajar berorganisasi baik sebagai angota maupun staf pimpinan.
4.2 peserta dapat menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan, pekerjaan, dan bersikap tertentu.
4.3 peserta dapat menganalisis bersama suatu masalah dan mencari alternatif-alternatif gagasan, rencana kebijakan, tindakan atau keputusan yang tepat.
4.4 peserta dapat memperoleh informasi, ide atau gagasan dari peserta lain, dapat belajar dari peserta lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, cara mengambil keputusan atau kesimpulan, dan lain-lain.
4.5 peserta dapat saling mengamati, saling menilai, saling belajar, saling menghargai.
4.6 peserta dapat belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai pendapat orang lain.
4.7 peserta dapat belajar berorganisasi baik sebagai angota maupun staf pimpinan.
5. Masalah dalam Diskusi
Masalah yang didiskusikan merupakan
suatu persoalan yang dibahas oleh peserta diskusi untuk dipahami, diketahui
sebab-sebabnya, dianalisis, dicari jalan keluar atau solusinya, diambil
keputusan yang tepat, terbaik di antara yang baik atau tak baik sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan
Masalah adalah persoalan yang ada
antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, kegiatan diskusi merupakan
suatu upaya untuk menemukan cara menghilangkan, mengatasi atau memperkecil
jarak antara harapan dengan kenyataan.
Kriteria masalah yang layak
didiskusikan:
5.1 menarik perhatian peserta;
5.2 aktual dan menjadi pembiacaraan umum;
5.3 berguna bagi peserta, masyarakat atau bagi pengembangan ilmu pengetahuan;
5.4 baru, yaitu belum ada atau belum dibahas sebelumnya;
5.5 langka, jarang ada (kesempatan atau problemanya);
5.6 menyangkut kebijakan untuk umum atau penting sebagai public figure;
5.7 mengandung alternatif pendapat-multidimensional;
5.8 membutuhkan pertimbangan yang matang untuk penentuan keputusan;
5.9 dan lain-lain.
5.2 aktual dan menjadi pembiacaraan umum;
5.3 berguna bagi peserta, masyarakat atau bagi pengembangan ilmu pengetahuan;
5.4 baru, yaitu belum ada atau belum dibahas sebelumnya;
5.5 langka, jarang ada (kesempatan atau problemanya);
5.6 menyangkut kebijakan untuk umum atau penting sebagai public figure;
5.7 mengandung alternatif pendapat-multidimensional;
5.8 membutuhkan pertimbangan yang matang untuk penentuan keputusan;
5.9 dan lain-lain.
6. Cara Menemukan Topik Diskusi
6.1 memikirkan atau mengingat
sesuatu yang pernah dan kita ketahui, kita alami, kita rasakan, dan kita
bicarakan.
6.2 membaca buku, koran, majalah, atau referensi lain.
6.3 memperkaya referensial tak tertulis, lewat media audio visual,
6.4 menyimak pidato, ceramah, dialog cendekiawan atau tokoh-tokoh tertentu;
6.5 mengadakan pengamatan, penelitian, wawancara
6.6 dan lain-lain.
6.2 membaca buku, koran, majalah, atau referensi lain.
6.3 memperkaya referensial tak tertulis, lewat media audio visual,
6.4 menyimak pidato, ceramah, dialog cendekiawan atau tokoh-tokoh tertentu;
6.5 mengadakan pengamatan, penelitian, wawancara
6.6 dan lain-lain.
7. Pemilihan Tempat Diskusi
7.1 tersusun bersih, rapi, cukup
luas untuk kegiatan diskusi
7.2 terhindar dari gangguan suara luar, misalnya kendaraan, pabrik, orang bekerja, anak-anak bermain
7.3 mengesankan suasana yang mengenakkan,
7.4 terdapat peralatan yang digunakan, misalnya soundystem, alat peraga, papan tulis, lampu penerangan,
7.5 cukup untuk mengatur formasi bentuk diskusi
7.2 terhindar dari gangguan suara luar, misalnya kendaraan, pabrik, orang bekerja, anak-anak bermain
7.3 mengesankan suasana yang mengenakkan,
7.4 terdapat peralatan yang digunakan, misalnya soundystem, alat peraga, papan tulis, lampu penerangan,
7.5 cukup untuk mengatur formasi bentuk diskusi
8. Tipe Peserta Diskusi
8.1 tipe tak suka bicara
8.2 tipe positif
8.3 tipe sok tahu
8.4 tipe suka bertengkar
8.5 tipe sangat terpelajar
8.6 tipe suka bertanya
8.2 tipe positif
8.3 tipe sok tahu
8.4 tipe suka bertengkar
8.5 tipe sangat terpelajar
8.6 tipe suka bertanya
9. Peserta Diskusi yang Baik:
9.1 ikut mengambil bagian dalam
berdiskusi
9.2 mendukung pendapat dengan alasan, fakta, contoh, atau pendapat pakar,
9.3 berbicara hanya bila diberi kesempatan;
9.4 berbicara dengan tegas, jelas, dan benar.
9.5 mendengarkan orang lain berbicara dengan penuh perhatian.
9.6 berkata dan bertindak sopan dan bijaksana
9.7 mencoba menghargai dan memahami pendapat orang lain
9.8 bisa menahan diri kapan dan suasana yang tepat untuk berbicara.
9.9 dan lain-lain.
9.2 mendukung pendapat dengan alasan, fakta, contoh, atau pendapat pakar,
9.3 berbicara hanya bila diberi kesempatan;
9.4 berbicara dengan tegas, jelas, dan benar.
9.5 mendengarkan orang lain berbicara dengan penuh perhatian.
9.6 berkata dan bertindak sopan dan bijaksana
9.7 mencoba menghargai dan memahami pendapat orang lain
9.8 bisa menahan diri kapan dan suasana yang tepat untuk berbicara.
9.9 dan lain-lain.
10. Persiapan yang harus dilakukan
oleh seorang peserta diskusi yang baik:
10.1 memikirkan apa yang diketahui
tentang masalah yang didiskusikan
10.2 bila banyak yang belum diketahui, calon peserta harus menyelidiki dengan teliti dan sistematis masalah tersebut;
10.3 mempelajari masalah yang didiskusikan dari berbagai sumber, baik lisan maupun tertulis. Bila perliu buat catatan.
10.4 membuat urutan sistematis keterangan yang diperoleh dengan padat.
10.5 berlatih menyampaikan pendapat, tanggapan, dan pertanyaaan dalam kalimat yang baik.
10.6 secara mental harus siap dan bersemangat untuk mengikuti diskusi.
10.2 bila banyak yang belum diketahui, calon peserta harus menyelidiki dengan teliti dan sistematis masalah tersebut;
10.3 mempelajari masalah yang didiskusikan dari berbagai sumber, baik lisan maupun tertulis. Bila perliu buat catatan.
10.4 membuat urutan sistematis keterangan yang diperoleh dengan padat.
10.5 berlatih menyampaikan pendapat, tanggapan, dan pertanyaaan dalam kalimat yang baik.
10.6 secara mental harus siap dan bersemangat untuk mengikuti diskusi.
11. Ketua Diskusi
Ketua diskusi bertugas sebagai
penuntun dan pengatur arus lalu lintas pembicaraan sebab ia bisa juga sekaligus
menjadi moderator. Ia memberi arahan yang jelas dan mendorong peserta agar
bergerak maju dalam pemikiran. Apabila terjadi kemacetan pembicaraan, ketua
diskusi harus mampu melancarkan lagi jalannya diskusi; demikian pula bila
terjadi arah pembicaraan yang menyimpang, ketua harus mampu meluruskannya
sesuai dengan tujuan kegiatan diskusi tersebut. Oleh sebab hal tersebut,
seorang ketua diskusi harus melakukan persiapan secukyupnya, misalnya membaca
berbagai sumber dan membuat catatan agar ia memahami benar masalah yang
didiskusikan dan tahu arah yang dituju. Di sisi lain ketua diskusi juga harus
berlaku ramah, sabar, jujur, tidak berat sebelah, dan dapat menghargai pendapat
orang lain.
12. Tugas ketua diskusi
12.1 mengemukakan masalah yang akan dibahas/didiskusikan: apa, mengapa, dantujuan yang diharapkan.menguraikan butir-butir penting yang menurutnya perlu dipikirkan dan dipertimbangkan oleh peserta. Biasanya hal ini dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
12.3 mengumumkan tata tertib atau aturan main diskusi; mengemukakan alokasi waktu, siapa yang berbicara per kesempatan, berapa orang yang bertanya per sesi; berapa menit per orang berbicara; bagaimana cara meminta kesempatan berbicara, dan lain-lain.
12.4 menjaga keteraturan diskusi; bertindak tegas dan buijaksana, terutama kalau situasi sudah menunjukkkan gejala tidak tertib, terutama dalam berbicara, misalnya dua orang berbicara sekaligus.
12.4 memberi kesempatan kepada semua peserta; hindari seorang berbicara berkali-kali, beri ksempatan kepada yang belum berbicara.
12.5 menjaga agar minat peserta tetap segar: ajukan pertanyaan yang bersifat memancing perhatian; hargai dan pujilah peserta yang aktif secara wajar.
12.6 menjaga agar diskusi tetap bergerak maju sesuai dengan tujuan
12.7 membuat catatan selama diskusi untuk mempermudah mengarahkan ke tujuan dan membuat rangkuman atau kesimpulan akhir diskusi.
12.8 mengemukakan hasil diskusi dengan jalan menyampaiakn rangkuman, kesimpulan, kesepakatan, rencana kerja, atau hal lain yang sesuai dengan tujuan diskusi.
12.1 mengemukakan masalah yang akan dibahas/didiskusikan: apa, mengapa, dantujuan yang diharapkan.menguraikan butir-butir penting yang menurutnya perlu dipikirkan dan dipertimbangkan oleh peserta. Biasanya hal ini dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
12.3 mengumumkan tata tertib atau aturan main diskusi; mengemukakan alokasi waktu, siapa yang berbicara per kesempatan, berapa orang yang bertanya per sesi; berapa menit per orang berbicara; bagaimana cara meminta kesempatan berbicara, dan lain-lain.
12.4 menjaga keteraturan diskusi; bertindak tegas dan buijaksana, terutama kalau situasi sudah menunjukkkan gejala tidak tertib, terutama dalam berbicara, misalnya dua orang berbicara sekaligus.
12.4 memberi kesempatan kepada semua peserta; hindari seorang berbicara berkali-kali, beri ksempatan kepada yang belum berbicara.
12.5 menjaga agar minat peserta tetap segar: ajukan pertanyaan yang bersifat memancing perhatian; hargai dan pujilah peserta yang aktif secara wajar.
12.6 menjaga agar diskusi tetap bergerak maju sesuai dengan tujuan
12.7 membuat catatan selama diskusi untuk mempermudah mengarahkan ke tujuan dan membuat rangkuman atau kesimpulan akhir diskusi.
12.8 mengemukakan hasil diskusi dengan jalan menyampaiakn rangkuman, kesimpulan, kesepakatan, rencana kerja, atau hal lain yang sesuai dengan tujuan diskusi.
13. Saran untuk Ketua Diskusi
13.1 bersikap bersahabat dengan
semua pihak unsur kegiatan diskusi;
13.2 bersedia menjadi pendengar yang baik;
13.3 berpemikiran terbuka terhadap siapa pun;
13.4 mengerti maksud di balik kata-kata yang diucapkan oleh peserta;
13.5 mengerti sikap dan sifat peserta;
13.6 peka terhadap aksi dan reaksi peserta;
13.7 bersikap jujur terhadap taraf dan kedalaman pengetahuan;
13.8 disiplin dalam operasional waktu;
13.9 tak bersikap sombong, namun rendah hati;
13.10 tak mencela peserta diskusi;
13.11 tak menjelekkan pihak luar/lain;
13.12 tak memaksakan kehendak;
13.13 membuat perencanaan yang baik untuk kegiatan diskusi;
13.14 merencanbakan pertanyaan-pertanyaan secara baik;
13.15 mampu mengajak peserta berpartisipasi secara aktif;
13.16 mampu mengendalikan jalannya diskusi secara spontan tak terkendali;
13.17 mampu menjaga diskusi bnerjalan ke arah tujuan yang ditetapkan;
13.18 menghindarkan penyampaian pendapat pribadi;
13.19 berusaha tidak memihak;
13.20 mampu mengendalikan peserta untuk bersedia mendengarkan pendapat orang lain;
13.21 berusaha tidak memainkan peran sebagai seorang ahli;
13.22 mampu menangkap gagasan-gagasan atau konsep utama narasumber;
13.23 mampu menggunakan sarana dan prasarana yang ada secara efektif;
13.24 dan lain-lain.
13.2 bersedia menjadi pendengar yang baik;
13.3 berpemikiran terbuka terhadap siapa pun;
13.4 mengerti maksud di balik kata-kata yang diucapkan oleh peserta;
13.5 mengerti sikap dan sifat peserta;
13.6 peka terhadap aksi dan reaksi peserta;
13.7 bersikap jujur terhadap taraf dan kedalaman pengetahuan;
13.8 disiplin dalam operasional waktu;
13.9 tak bersikap sombong, namun rendah hati;
13.10 tak mencela peserta diskusi;
13.11 tak menjelekkan pihak luar/lain;
13.12 tak memaksakan kehendak;
13.13 membuat perencanaan yang baik untuk kegiatan diskusi;
13.14 merencanbakan pertanyaan-pertanyaan secara baik;
13.15 mampu mengajak peserta berpartisipasi secara aktif;
13.16 mampu mengendalikan jalannya diskusi secara spontan tak terkendali;
13.17 mampu menjaga diskusi bnerjalan ke arah tujuan yang ditetapkan;
13.18 menghindarkan penyampaian pendapat pribadi;
13.19 berusaha tidak memihak;
13.20 mampu mengendalikan peserta untuk bersedia mendengarkan pendapat orang lain;
13.21 berusaha tidak memainkan peran sebagai seorang ahli;
13.22 mampu menangkap gagasan-gagasan atau konsep utama narasumber;
13.23 mampu menggunakan sarana dan prasarana yang ada secara efektif;
13.24 dan lain-lain.
14. Sekretaris/Notulis
Sekretaris merupakan pendamping
ketua dalam suatu kegiatan diskusi, dengan tugas bidang tulis-menulis. Tugas
tersebut antara lain mencatat nama peserta dan pernyataan yang disampaikan;
mencatat hal-hal khusus yang timbul dalam diskusi, misalnya masalah baru yang
dapat diagendakan untuk kegiatan berikutnya; bila diminta bersedia membacakan
hasil diskusi; membuat kesimpulan sementara hasil diskusi, membuat laporan lengkap
deskripsi penyelenggaraan kegiatan diskusi, antara lain cakupan masalah, tujuan
yang ingin dicapai; pelaksanaan diskusi; hal-hal khusus yang muncul; dan
kesimpulan atau hasil yang dicapai.
Seorang sekretaris hendaknya seorang
penyimak baik yang pandai menangkap gagasan lisan seseorang serta mampu membuat
laporannya disertai kepandaian mengatur waktu yang singkat tersedia dengan
hasil yang bersih dan rapi.
15. Macam-Macam Diskusi
Jenis kegiatan diskusi dapat
berbentuk diskusi kelompok, diskusi
panel, lokakarya/workshop, rapat kerja, kongres, seminar, konferensi,
symposium, kolokium, sarasehan, fishbowl, role-playing, studi kasus/case study,
brainstorming, musyawarah/rapat, debat, dan lain-lain.
15.1 Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok ialah pertemuan
yang direncanakan atau dipersiapkan untuk dilaksanakan untuk membahas suatu
topik dengan seorang pemimpin. Diskusi ini relatif sederhana dengan peserta
yang tidak begitu banyak antara empat sampai sepuluh orang. Masalah yang
dibahas tidak demikian kompleks dengan tujuan untuk lebih mendalami atau
memahami suatu masalah dari disiplin ilmu tertentu.
Bentuk diskusi ini memberikan
peluang kepada setiap anggota untuik mengemukakan pendapat sekaligus memperluas
wawasan dan pandangannya. Metode ini merupakan pendekatan demokratis, mendorong
rasa kesatuang anggota, menghayati kepemimpinan bersama, dan membantu
pengembangan sikap kepemimpinan.
Bentuk diskusi ini tidak cocok untuk
peserta yang jumlahnya relatif . Peserta hanya akan mmendapat informasi yang
terbatas, dan mudah terjerumus arahnya. Biasanya ada ketua yang ditugasi
mengendalikan jalannya diskusi. Dia harus terampil mempimpin sehingga raus
pembicaraan dapat berjalan dengan lancar dan adil, tidak dimonopoli oleh
seseorang. Bentuk tempat pertemuan biasanya melingkar dengan berbagai
alternatif desain tatap muka lain.
15.2 Diskusi Berkelompok-Kelompok
Bentuk diskusi ini sering dipakai
bila jumlah peserta kegiatan diskusi relatif banyak. Bentuk kegiatan ini
dilakukan dengan tujuan setiap peserta mempunyai peluang besar untuk berperan
aktif berbicara. Setelah kegiatan diskusi kelompok-kelompok diadakan pertemuan
pleno dengan mempersilakan setiap kelompok untuk mengemukakan pendapatnya.
Dalam forum terakhir ini kegiatan dikendalikan oleh ketua diskusi yang lebih
inti dari penyelenggara.
15.3 Diskusi Panel
Diskusi panel adalah kegiatan
pertemuan ilmiah yang sudah direncanakan dengan menghadirkan sejumlah panelis (lebih
dari satu org narasumber) di depan khalayak atau pengunjung tentang suatu
topik. Diskusi panel merupakan bentuk diskusi bertukar pikiran atau pengalaman
antara tiga sampai enam orang ahli yang dipandu oleh seorang ketua (moderator)
dan disaksikan oleh sejumlah pendengar/pemirsa/audiens. Tiap panelis
mengemukakan pendapatnya tanpa menanggapi pendapat panelis lain.
Moderator dan seluruh peserta
menyiapkan terlebih dahulu tentang topik yang dibahas serta peka terhadap
bagian-bagian masalah tertentu yang cukup rawan dipermasalahkan dengan
memperhitungkan aternatif pertanyaan dan jawaban. Waktu kegiatan dibagi dua, separo
untuk panelis dan separo berikutnya untuk tanya jawab dengan audiens.
Secara singkat gambaran kegiatan
diskusi ini adalah
a. Pendahuluan => moderator
membuka diskusi, mengemukakan topik dan arah serta tujuan yang ingin dicapai,
memperkenalkan para peserta, serta membacakan tata tertib;
b. Penyampaian gagasan => panelis menyelesaikan gagasan, pendapat, atau pengalaman sesuai dengan jatah waktu yang diberikan;
c. Diskusi bebas => moderator mengatur jalannya diskusi antarpanelis serta tanggapan antarpanelis;
d. Partisipasi pendengar => moderator mempersilakan para pendengar untuk mengemukakan pendapat, menanggapai, bertanya, atau berkomentar. Panelis yang ditanyai atau ditanggapi akan memberikan jawaban.
b. Penyampaian gagasan => panelis menyelesaikan gagasan, pendapat, atau pengalaman sesuai dengan jatah waktu yang diberikan;
c. Diskusi bebas => moderator mengatur jalannya diskusi antarpanelis serta tanggapan antarpanelis;
d. Partisipasi pendengar => moderator mempersilakan para pendengar untuk mengemukakan pendapat, menanggapai, bertanya, atau berkomentar. Panelis yang ditanyai atau ditanggapi akan memberikan jawaban.
Rangkuman => moderator merangkum
hasil diskusi dengan mendapatkan pemecahan. Itulah sebabnya, pada umumnya
lokakarya juga mengundang ahli dalam bidangnya sehingga secara teknis dapat
mengemukakan pandangan yang mendalam untuk mencari solusi. Dalam hal ini
biasanya disusunlah makalah dan disertai dengan presentasi. Masalah yang
dikemukakan biasanya relatif konkret, tak sebatas konsep
Bentuk diskusi ini menghasilkan
cetusan-cetusan gagasan baru, pendapat berbeda-beda, serta mendorong analisis
untuk menghasilkan kesimpulan dari moderator. Karenanya bentuk diskusi ini
memerlukan orang yang betul-betul memenuhi persyaratan. Kelemahannya, jika
moderator tidak cerdik, ada kemungkinan seorang narasumber berbicara lebih
dominan dibandingkan narasumber lain. Di sisi lain, hadirin mungkin juga
terklasifikasi dalam kelompok setuju dan tidak setuku terhadap pendapat
narasumber yang ada.
15.4 Rapat kerja
Rapat kerja adalah pertemuan
wakil-wakil eselon dari suatu instansi untuk membahas masalah yang berkaitan
dengan tugas dan fungsi instansi tersebut. Biasanya yang dibahas adalah program
kerja dengan arah pembicaraan untuk mengusahakan keputusan yang membawa hasil
yang baik untuk dilaksanakan.
Biasanya rapat ini dipimpin oleh
kepala instansi disertai dengan pengarahan yang mengacu ke pencapaian target
atau tujuan selama satu periode kepemimpinannya.
15.5 Seminar
Serminar (semin (Latin)= biji,
benih) diartikan sebagai tempat benih-benih kebijaksanaan disemikan. Yang
dibicarakan dalam seminar bukan masalah teknis, melainkan masalah kebijakan
yang akan dipakai sebagai landasan bagi masalah-masalah yang bersifat teknis.
Oleh sebab itu, biasanya kajiannnya bersifat penelitian beserta hasilnya atau
studi literature.
Dalam seminar terdapat moderator,
notulis, pemrasaran, pembanding, partisipan, dan guru pembimbing dengan tugas
masing-masing.
a. Moderator bertugas membuka,
memperkenalkan pemrasaran dan notulis, membacakan tata tertib, mengarahkan dan
mengatur arus pembicaraan, menyampiakn kesimpulan, serta menutup diskusi.
b. Notulis bertugas mencatat hal-hal penting dalam diskusi baik teknis maupun materi pembicaraan;
c. Pemrasaran bertugas menjelaskan isi permasalahan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam bentuk makalah;
d. Pembanding bertugas menyampaikan makalah bandingannya yang berisi tanggapan atau pernyataan terhadap apa yang disampaikan oleh pemrasaran sebelumnya;
e. Partisipan bertugas mengikuti kegiatan diskusi secara aktif, bukan sebatas pendengar belaka, melainkan bisa juga memberikan tanggapan, pertanyaan, dan lain-lain.
Secara umum seminar dilaksanakan dengan tahap berikut:
b. Notulis bertugas mencatat hal-hal penting dalam diskusi baik teknis maupun materi pembicaraan;
c. Pemrasaran bertugas menjelaskan isi permasalahan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam bentuk makalah;
d. Pembanding bertugas menyampaikan makalah bandingannya yang berisi tanggapan atau pernyataan terhadap apa yang disampaikan oleh pemrasaran sebelumnya;
e. Partisipan bertugas mengikuti kegiatan diskusi secara aktif, bukan sebatas pendengar belaka, melainkan bisa juga memberikan tanggapan, pertanyaan, dan lain-lain.
Secara umum seminar dilaksanakan dengan tahap berikut:
1) Moderator membuka kegiatan dan
mengarahkan;
2) Pemrasaran menyampaikan makalahnya;
3) Pembanding menyampaikan makalah atau tanggapannnya;
4) Pemrasaran menaggapi balik pernyataan pembanding atau menjawab pertanyaan; Partisipan menyampaian gagasannya, misalnya pertanyaan, tanggapan;
5) Pemrasaran atau pembanding menyampaikan jawaban atau tanggapan;
6) Moderator menarik kesimpulan dan menutup diskusi. Sebelumnya moderator mengemukakan perumusan hasil seminar secara keseluruhan.
2) Pemrasaran menyampaikan makalahnya;
3) Pembanding menyampaikan makalah atau tanggapannnya;
4) Pemrasaran menaggapi balik pernyataan pembanding atau menjawab pertanyaan; Partisipan menyampaian gagasannya, misalnya pertanyaan, tanggapan;
5) Pemrasaran atau pembanding menyampaikan jawaban atau tanggapan;
6) Moderator menarik kesimpulan dan menutup diskusi. Sebelumnya moderator mengemukakan perumusan hasil seminar secara keseluruhan.
15.6 Konferensi
Konferensi merupakan bentuk
pertemuan dari kedua pihak untuk membahas atau merindingkan masalah yang
dihadapi bersama. Secara longgar, konferensi juga diartikan dengan pertemuan
anggota-anggota dari dua cabang perwakilan untuk menyesuaikan perbedaan dalam
langkah dan kebijakan mereka. Konferensi merupakan pembicaraan, rapat, atau
pemusyawarahan antara wakil-wakil berbagai negara untuk, membahas kepentingan
bersama.
Kegiatan ini mengacu ke pengambilan
tindakan sehingga menghasilkan suatu keputusan untuk ditindaklanjuti. Sebuah
perusahaan besar bisa melakukan seperti ini dan biasanya diadakan setelah
munculnya masalah yang lanyak dan perlu untuk segera dicari solusinya.
Keputusan diambil tentu merupakan keputusan terbaik.
15.7 Kongres
Kongres
merupakan pertemuan formal antara delegasi-delegasi atau wakil-wakil organisasi
politik, sosial, atau profesi untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan
mengenai suatu masalah bersama. Kongres merupakan rapat besar yang pesertanya
ratusan, ribuan, bahkan jutaan. Karena itu, kongres biasanya dilakukan oleh
sebuah organisasi. Kongres sering diistilahkan lain menjadi muktamar untuk
suatu partai, biasanya lima tahun sekali untuk menentukan garis besar kebijakan
yang akan dilakukan dalam satu kurun waktu demi menghadapi kompetitor atau
persaingan yang ada.
15. 8 Simposium
Simposium
adalah suatu pertemuan formal dengan beberapa ahli menyajikan pidato atau
prasaran singkat mengenai sebuah topik denghan aspek yang berbeda-beda, atau
topik yang bertalian di hadapan sebuah sidang hadirin. Semua prasaran dibahas
oleh hadirin dipandu oleh seorang pemimpin atau moderator. Simposium merupakan
bentuk diskusi yang diawali serangkaian pidato pendek oleh dua atau empat orang
pakar. Mereka memang diundang untuk menyampaiakan pandangan-pandangan tentang
masalah yang dibicarakan. Seorang moderator mengatur kelancaran jalannya
diskusi. Setelah pembicara selesai menyampaikan pendapatnya, moderator
mempersilakan peserta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan yang kemudian
ditanggapi atau dijawab oleh pembicara.
Bentuk
diskusi ini dapat dipakai pada kelompok besar atau kecil serta dapat digunakan
untuk menyampaikan informasi yang relatif banyak dalam waktu relatif singkat
serta dapat disoroti hasilnya. Pergantian pembicara menambah variasi pembicaraan
yang justrui menjadikan kegiatan ini menarik. Oleh karena itu, perlu
perencanaan yang matang agar membawa hasil yang baik.
Di
sisi lain bentuk diskusi ini bersifdat kurang spontan dan tak memancing
kreativitas. Interaksi kelompok-kelompok yang hadir kurang berkembang.
Perhatian hanya ditekankan pada pokok pembicaraan serta suasana agak bersifat
formal, sementara kepribadian pembicara dapat mengarahkan isi kegiatan secara
kurang tepat. Waktu berlangsungnya kegiatan diskusi ini sulit dikendalikan,
kecuali moderator pandai membaca arah pembicaraan narasumber serta disiplin
dengan penguran waktunya.
15.9 Kolokium
Dalam
Kolokium Para pakar diundang hanya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan oleh peserta mengenai topik yang telah ditentukan. Para pakar
hanya menjawab pertanyaan. Dalam hal ini pembicaraan dikendalikan oleh
moderator yang mengarahkan ke tujuan pembicaraan. Oleh karena itu, komitmen
moderator terhadap tujuan dan kepandaian mebaca arah dan isi pembicaraan sangat
diperlukan. Bahkan, tak jarang jika secara implicit moderator harus pandai arah
pertanyaan peserta dan jawaban narasumber.
15.10 Sarasehan
Sarasehan merupakan model diskusi
yang sifatnya mendekati santai. Para peserta biasanya akrab dalam nuansa
pergaulan yang tak formal misalnya sambil minum kopi. Masalah yang dibicarakan
terbatas, para peserta bebas menyatakan pendapatnya atau pengalamannya seputar
topik tersebut.
15.11 Cawan Ikan/fishbowl
Cawan ikan merupakan bentuk diksusi
yang unik dengan konstruksi tempat duduk seperti cawan melengkung atau mangkuk
dengan moderator di tengah dan di sebelah kanan moderator duduk seorang ahli
atau pakar dan sebelah kiri moderator terdapat tiga kursi kosong. Moderator
membuka dengan memberikan kata pengantar kemudian mempersilakan para peserta
untuk menduduki kursi yang telah disediakan. Peserta kemudian dipersilakan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pakar yang ada. Setelah pembahasan
selesai, peserta kembali meninggalkan kursi yang kemudian kosong seperti
semula.
15.12 Debat
Bentuk kegiatan berbicara ini
sebenarnya sudah di luar hakiki kegiatan diskusi ilmiah. Kegiatan ini
mempertemukan dua pihak pembicara yang pro dan kontra tentang suatu topik.
Prasaran atau pendapat yang diajukan oleh tiap pihak dapat ditikuti dengan
suatu tangkisan atau tidak. Anggota kelompok dan hadirin dapat juga mengajukan
pertanyaan kepada peserta atau pihak pembicara.
Debat berarti berbicara kepada lawan
bicara untuk beradu pendapat, prinsip, argumen, konsep, atau yang lain dengan
tujuan untuk memenagkan pendapat sendiri.. Secara sederhana debat dapat
diartikan tukar pikiran tantang suatu masalah dengan saling memberi alasan yang
diutamakan. Inti debat adalah memenangkan pendapat sendiri. Dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan satu demi satu tetapi dapat juga kelompok demi
kelompok, bergantung pada kebutuhan dan kondisi lingkungan. Posisi tempat duduk
sangat variatif, dan dapat menggunakan moderator atau tanpa moderator.
Kegiatan ini mempertajam hasil yang
akan dicapai sebab suatu masalah akan terlihat dari dua segi sekaligus. Karena
itu, kegiatan ini membangkitkan keberanian analisis yang kritis dari setiap
pihak. Tekinik ini membangkitkan daya tarik serta mempertahankan daya tarik dan
perhatian para hadirin. Paling cocok metode ini dipakai untuk kelompok besar.Hanya
saja, kadang selisih pendapat bisa tak terkenadli di luar penalaran logis
ilmiah yang cenderung emosional subjektif. Hal itu sering mengakibatkan kesan
negatif tentang debat tersebut serta narasumbernya. Konsekuensi lanjutannya,
mereka menjadi tak tertarik mengikuti kegiatan debat serta tak mau
berpartisipasi. Oleh sebab itu, untuk menjaga kesan positif dan objektif
tentang kegiatan tersebut diperlukan seorang moderator yang amat bijak dan
pandai membaca keadaan pembicaraan.
15.13 Sumbang saran (Braintstorming)
Sumbang saran merupakan semacam
metode memecahkan masalah yang setiap anggotanya diberi kesempatan untuk
mengusulkan dengan cepat kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi. Metode
ini tidak menfhendaki kritik. Evaluasi atas suatu pendapat dilakukan kemudian.
Metode ini berusaha membangkitkan
pendapat baru dan merangsang anggota untuk turut ambil bagian. Biasanya terjadi
mata rantai pendapat serta tak dibutuhkan banyak waktu. Cocok pula dipakai
untuk kelompok besar atau kecil. Tak amat diperlukan seorang pemimpin yang
hebat serta tak banyak diperlukan peralatan. Hanya saja besar kemungkinan b ila
lepas kontrol kegiatan ini menjadi tidak efektif.
Dibawakan oleh: Paul Aoetpah pada MABIM Mahasiswa Baru
STIE Oemathonis Kupang pada 16 Oktober
2010